Majalah

Mengapa orang membutuhkan estetika?

2021 11 03

Rasa Baltė-Balčiūnienė
Pendiri AMRES ART

Hidup dengan ketidakpastian yang melekat di era digital, salah satu kualitas yang penting untuk dimiliki oleh seorang manusia adalah intuisi dan kesadaran. Banyaknya informasi yang beredar, membuat kita sulit untuk membuat keputusan yang rasional, oleh karenanya tubuh kitalah yang menjadi ‘alat’ utamanya. Ada kebutuhan untuk menumbuhkan kesadaran, ‘mendengarkan’ tubuh kita, karena pada dasarnya kita dapat merasakan apa yang kita inginkan dan apa yang tidak kita inginkan, apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita hindari.

Kata “kecerdasan” dalam bahasa Yunani kuno berarti “memahami perasaan dan logika”. Sejak abad ke-17, memahami perasaan mulai diabaikan. “Aku berpikir maka aku ada,” ungkap salah seorang filsuf Perancis René Descartes.

“Estetika” dalam budaya kuno berarti merasakan kepuasan internal. Kini, kita menyaksikan berbagai upaya bertujuan untuk mengejutkan, memprovokasi dan menarik perhatian yang disebut sebagai estetika.

Mari kita kembali pada konsep awal, bahwa estetika adalah kemampuan untuk merasakan kepuasan internal. Ketika seorang individu dapat melakukannya, akan menjadi lebih mudah bagi mereka untuk menghilangkan hal yang tidak mereka butuhkan. Memiliki pemahaman akan apa yang “milikku” atau “yang bukan milikku”. Dengan membuat sebuah perbedaan antara apa yang benar dan salah, baik dan buruk, di saat yang sama kita mengapresiasi dunia yang ada di sekitar kita. Hal ini adalah sesuatu yang terkonstruks di dalam pikiran dan terbentuk sejak kecil. Pun sangat berbeda dengan dikotomi milikku atau bukan milkku. Kepuasan estetis menjadi salah satu kriteria ketika memilih. Tentu saja kriteria pertamanya adalah rasional: apakah hal tersebut akan memberikan keuntungan atau memberikan nilai untuk seseorang? Kriteria kedua adalah kepuasan. Ini adalah konsep estetika intuitif muncul – kepuasan estetis melalui kesadaran.

Semakin tingi level kesadaran diri seorang professional, semakin kuat kebutuhan internalnya untuk memilih sesuatu yang memberikan kepuasan estetus – karyaseni, makanan atau minuman yang kaya rasa. Level dari kesadaran diri seseorang dapat diukur dengan seberapa luas ekspansi wilayah yang telah mereka lakukan dalam profesi mereka, demikian bagaimana mereka dikategorikan sukses di bidangnya. Semakin sukses seorang individu, semakin banyak nilai yang mereka berikan kepada sekitarnya, semakin banyak kesempatan yang mereka temukan untuk menguasai kemampuan yang lebih kompleks dan semakin penting pula kepuasan estetis. Estetika adalah asupan bagi jiwa. Jika kita tidak memberikan asupan pada jiwa, kita tidak akan memiliki kekuatan untuk menemukan pijakan diri kita di dunia.